Livestock Review Indonesia
  • Home
  • Fokus Utama
  • News
  • Bisnis
  • Referensi
  • Artikel Lainnya
    • Produk Olahan
    • Opini
    • Riset
    • Tokoh
    • Kampus
    • lain-lain
    • Gallery
  • About
    • Tentang Kami
    • Pemasangan Iklan
    • Contact Us
  • Download

Follow us

Facebook
Twitter
Instagram
Livestock Review Indonesia
2K Likes
2K Followers
0 Followers
Livestock Review Indonesia
  • Home
  • Fokus Utama
  • News
  • Bisnis
  • Referensi
  • Artikel Lainnya
    • Produk Olahan
    • Opini
    • Riset
    • Tokoh
    • Kampus
    • lain-lain
    • Gallery
  • About
    • Tentang Kami
    • Pemasangan Iklan
    • Contact Us
  • Download
  • Fokus Utama
  • Referensi

Kasus Kematian Babi Sumatera Utara (II): Ketahui Penyebabnya

  • Livestock Review
  • Jan 10, 2020
  • No comments
Total
0
Shares
0
0
0
0
0

Livestockreview.com, referensi. Penyebab demam berdarah babi minimal dua macam, yaitu virus demam babi klasik (DBK) atau hog kholera dan demam babi afrika (ASF). Virus DBK adalah virus RNA dari famili Flaviviridae dan genus Pestivirus, hanya menginfeksi babi dan infeksius (menular). Terhadap aspek klinis, virus DBK ini bisa bersifat akut, kronis dan kongenital dari induk, tergantung kondisi babi dan keganasan virus.

Gejala infeksi akut, terlihat adanya luka hemoragik (perdarahan) pada kulit, demam tinggi, konjungtivitis, kejang-kejang dan kematian sampai 100%. Ini terjadi setelah 1-3 minggu inkubasi. Gejala infeksi kronis ditandai diare dan keterlambatan pertumbuhan. Kematian lebih rendah dari infeksi akut, kecuali ada infeksi campuran kuman lainnya. Penyakit ini pandemis di seluruh dunia, di Indonesia sudah endemis. Virus DBK bahkan menyebabkan kematian 10 ribu ekor babi di Flores, 2018.

Agar virus DBK tidak menyebar, perlu pelarangan lalu lintas hewan dan produknya dari daerah wabah ke non-wabah; menghindari kontak langsung dan tidak langsung dengan faktor penular hewan dan manusia: serta vaksinasi.

Penyebab demam berdarah babi lain adalah virus demam babi afrika (DBA). Berbeda dengan virus DBK, virus DBA merupakan virus DNA utas ganda, genom sepanjang 170–194 kilobase (kb), tubuh dibungkus lemak. Keragaman (genotip) virus DBA tidak kurang dari 30 genotipe. Belum lagi dari serotipenya.

Virus ini anggota genus Asfivirus dan kelas asfarviridae. Virus ini bisa menimbulkan demam berdarah, bukan hanya pada babi peliharaan, tetapi juga babi liar. Bisa menimbulkan kematian yang tinggi dan sangat cepat.

Penyakit dan virus DBA pertama kali diisolasi oleh Montgomery, ilmuwan di Kenya, 1921. Tahun 1960 terjadi wabah di Eropa dan Amerika Selatan, tahun 2007 di Georgia (Uni Soviet) dan kemudian menyebar ke negara tetangga: China dan negara Asia lain.

Tahun 2018 dilaporkan wabah DBA di China. Awal Januari 2019 menyebar ke peternakan rakyat di Vietnam dan Mongolia. Virus DBA sudah ada di Kamboja 2 April 2019 dan di Korea Utara 23 Mei 2019. Negara Laos juga didatangi virus DBA pada 20 Juni 2019. Pertengahan Juli 2019 dikabarkan di Filipina, Myanmar 1 Agustus 2019, dan terakhir Timur Leste pada 29 September 2019.

Infeksi bisa terjadi berulang. Di beberapa negara secara periodik wabah ini kembali, meskipun cara eradikasinya sangat baik, memusnahkan babi yang sakit, sanitasi, biosekuriti, dan karantina. Virus DBA Vietnam yang berhasil diisiolasi, setelah dianalisis kekerabatannya ternyata termasuk genotip II seperti yang terjadi pada wabah Georgia (2007) dan China (2018). (BERSAMBUNG)

follow our ig: www.instagram.com/livestockreview

penulis: c.a nidom, guru besar fkh unair, surabaya | sumber: kompas





Livestock Review

Livestockreview.com didedikasikan untuk turut memajukan industri peternakan dan produk hasil olahannya di tanah air. Diasuh oleh para ahli di bidangnya, Livestockreview.com menjadi ajang update informasi bagi para pelaku bisnis dan industri peternakan Indonesia.

Previous Article
  • Fokus Utama
  • Referensi

Kasus Kematian Babi Sumatera Utara (I): Sebut Saja Demam Berdarah Babi

  • Livestock Review
  • Jan 9, 2020
Baca selengkapnya...
Next Article
  • Fokus Utama
  • Referensi

Kasus Kematian Babi Sumatera Utara (III): Waspadai Pola Penularannya

  • Livestock Review
  • Jan 11, 2020
Baca selengkapnya...

Baca Artikel lainnya

Baca selengkapnya...
  • Bisnis
  • Fokus Utama

Teknologi yang Menentukan Daya Saing Industri Perunggasan Nasional

  • Feb 1, 2023
Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Ekologi dan Kesehatan Rumen

  • Jan 25, 2023
Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Pentingnya Memahami Feed Intake

  • Jan 16, 2023
Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Ruminansia, Jerami, dan Pangan Bergizi Prima

  • Jan 12, 2023
Baca selengkapnya...
  • Bisnis
  • Fokus Utama

Merawat Optimisme Perunggasan Menapaki 2023

  • Jan 10, 2023

Trending

  • 1
    • Bisnis
    • Fokus Utama
    Teknologi yang Menentukan Daya Saing Industri Perunggasan Nasional
  • 2
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Ekologi dan Kesehatan Rumen
  • 3
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Pentingnya Memahami Feed Intake
  • 4
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Ruminansia, Jerami, dan Pangan Bergizi Prima
  • 5
    • Bisnis
    • Fokus Utama
    Merawat Optimisme Perunggasan Menapaki 2023
 

Instagram

livestockreview
Perkembangan teknologi digital telah membantu perkembangan industri perunggasan menjadi lebih efisien, dengan adanya peran big data, cloud, internet untuk segala (IoT), dan kecerdasan buatan (AI) yang dapat meningkatkan produktifitas bisnis dan industri perunggasan di tanah air.
Sikap optimis dalam memasuki 2023 perlu untuk ditularkan kepada para pemangku kepentingan (Stake holder) bisnis dan industri perunggasan, agar dapat secara bersama-sama membenahi sektor perunggasan sebagai bagian dari penyuplai bahan pangan sumber protein hewani yang penting bagi masyarakat Indonesia."
Ruminansia adalah sekelompok hewan yang dicirikan oleh aktivitas memamah biak atau mengunyah kembali bolus pakan yang sudah ditelan. Kegiatan itu dikenal dengan istilah ruminasi.
Jika pemerintah baik di tingkat pusat maupun di daerah menginginkan keberhasilan pembangunannya tinggi di bidang peternakan, maka para penyusun program perencanaan pembangunan peternakan harus pula dilibatkan dan ditempatkan sebagai “pengawal program pembangunan” yang diberikan kekuasan khusus karena mereka bukan tenaga struktural, pada saat program tersebut dilaksanakan.
Lumpy skin disease (LSD) merupakan penyakit kulit pada sapi asal Afrika yang sangat sulit diberantas.
Waspada !!! Badai Penyakit Mulut dan Kuku (FMD) belum Selesai, LSD sudah Menyebar
Follow
Livestock Review Indonesia
  • About
  • Term Of Service
  • Privacy Policy
  • Arsip Artikel
  • Gallery
  • Download
  • Contact Us
  • WP File download search
Dairy, Meat & Livestock Update, Portal Berita Peternakan
Design & Dev by IMAJIX DIGITAL

Input your search keywords and press Enter.