Livestockreview.com, Berita. Masyarakat Anti Daging Immpor (MADI) menggelar demontrasi besar-besaran di Jakarta pada 24 Maret untuk menolak rencana pemerintah yang akan menambah kuota impor daging sapi dari 58 ribu ton menjadi 98 ribu ton. Rencana pemerintah itulah yang antara lain diprotes aliansi peternak ini karena jika terealisasi -akan merugikan usaha peternakan rakyat.MADI merupakan elemen komunitas peternakan Indonesia, yakni Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia Forum Peternak Sapi Potong Jawa TImur, Koperasi Pemotong Hewan DKI Jaya, Cattle & Buffalo Club Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran, FOrum Komunikasi peternak Budidaya Sapi Potong Jawa Barat, Asosiasi Pedagang Pasar Jakarta, Asosiasi Petani Pedagang Ternak & Ikan Sumedang, Ikatan Senat Mahasiswa Peternakan Indonesia, serta FOrum Peternak dan Pengirim Sapi Banyumas dan Kelompok Peternak Sidoarjo-Madura.
Juru bicara MADI yakni Dayat yang juga adalah peternak Ciamis Jawa Barat dan Budi Agustomo yang adalah peternak Sidoarjo Jawa Timur dalam orasinya mengatakan, jika pemerintah bersikeras menambah kuota daging impor, daging sapi lokal tidak akan mampu bersaing di pasar domestik. “Dampak lebih buruknya, jika kondisi peredaran daging dan jerohan impor semakin tak terkendali, akan memberikan dampak penurunan motivasi dan minat peternak lokal dalam berusaha,”tandas Dayat.
Daging ilegal mendistorsi harga
MADI juga menyoroti adanya daging impor ilegal yang saat ini masih ditahan masih ditahan pemerintah di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta, daging ilegal yang kini telah merembes ke pasar tradisional, semakin meningkatnya impor dagingĀ dan jerohan tiap tahunnya yang pada 2010 lalu mencapai 120 ribu ton. Hal ini mengakibatkan harga daging sapi menjadi terdistorsi dan tentu saja harga sapi hidup di tingkat peternak menjadi anjlok.
Penambahan kuota daging impor, seru para demonstran, dalam jangka panjang akan mengancam rencana Swasembada Daging Sapi 2014. Impor daging yang tidak terkendali menyebabkan penurunan populasi sapi potong. Saat ini, untuk menekan harga daging sapi terjadi pemotongan betina produktif -karena harga sapi betina hauh lebih murah dibandingkan dengan sapi jantan. Pemotongan sapi betina semakin marak terjadi. Hal ini, terjadi karena harga sapi betina jauh lebih murah dibanding sapi jantan,” kata Dayat.
Terlalu fokus pada aspek teknis, jangan lupakan aspek harga
Demonstran lain, yakni Rochadi Tawaf menambahkan, langkah pemerintah dalam mencapai target swasembada daging sapi 2014 yang lebih memfokuskan kepada masalah teknis, yakni peningkatan populasi sapi melalui upaya peningkatan produksiĀ atau kelahiran -sangat disayangkan. Hal ini dikarenakan aspek harga daging yang justru memberikan pengaruh kuat, justru ditekan harganya dengan cara melakukan impor.
Lima resolusi peternak
Untuk menciptakan iklim kondusif dalam membangun peternakan sapi potong nasional, sekaligus mewujudkan target pemerintah yakni swasembada daging 2014, para demonstran mengeluarkan lima resolusi, yakni:
1. Menolak tegas masuknya daging dan jerohan ilegal di seluruh wilayah Republik Indonesia
2. Pemerintah harus konsisten (tidak mencla-mencle) terhadap program importasi daging yang telah ditetapkan oleh pemerintah sendiri
3. Pelaku importir daging jerohan ilegal harus ditindak tegas sesuai dengan hukum yang berlaku.
4. Mendukung program swasembada daging sapi dan kerbau 2014 yang berpihak pada pemberdayaan peternak
5. Mengawal pelaksanaan eksekusi terhadap daging impor ilegal.
Jika ada pembaca yang ingin komunikasi lebih lanjut dengan para wakil demonstran, silakan untuk menghubungi:
Sekretariat Masyarakat Anti Daging Impor (MADI)
Teaching Farm Sapi Potong
Jl Raya Bandung-Sumedang Km 21, Jawa Barat
– Dayat HP (082118851806)
– Budi Agustono (HP 081330590800)
– ROchadi Tawaf (HP 08112223701)