Livestock Review Indonesia
  • Home
  • Fokus Utama
  • News
  • Bisnis
  • Referensi
  • Artikel Lainnya
    • Produk Olahan
    • Opini
    • Riset
    • Tokoh
    • Kampus
    • lain-lain
    • Gallery
  • About
    • Tentang Kami
    • Pemasangan Iklan
    • Contact Us
  • Download

Follow us

Facebook
Twitter
Instagram
Livestock Review Indonesia
2K Likes
2K Followers
0 Followers
Livestock Review Indonesia
  • Home
  • Fokus Utama
  • News
  • Bisnis
  • Referensi
  • Artikel Lainnya
    • Produk Olahan
    • Opini
    • Riset
    • Tokoh
    • Kampus
    • lain-lain
    • Gallery
  • About
    • Tentang Kami
    • Pemasangan Iklan
    • Contact Us
  • Download
  • Fokus Utama
  • Referensi

Dahulu Kala, Gurun Sahara “Surga” bagi Peternak Sapi

  • Livestock Review
  • Aug 23, 2013
  • No comments
Total
0
Shares
0
0
0
0
0

Livestockreview.com, Referensi. Benua Afrika yang tersohor dengan Gurun Sahara, erat kaitannya dengan samudera pasir luas, tanah tandus, dan udara panas. Namun, siapa sangka Afrika ternyata dulunya merupakan hamparan hijau yang luas, kaya akan ternak sapi?

Sekitar 10.000 tahun yang lalu, gurun Sahara mengalami fase yang disebut Holocene African Humid Period atau periode lembab Holosen Afrika. Di mana saat periode lembab tersebut, tumbuhan hijau tumbuh subur di Afrika. Savana hijau ini dijadikan tempat peternakan sapi dan memunculkan aktivitas pengolahan susu.

Dengan melihat gambar yang terdapat pada tembikar dan batu-batu kuno menunjukkan bahwa sekitar 7.000 tahun lalu di Gurun Sahara terdapat sapi, domba, dan kambing. Dalam gambar itu sesekali menunjukkan gambar pemerahan susu. Bahkan ada juga gambar pengembala yang sedang mengolah susu yang menjadi produk seperti yogurt, keju, dan mentega.

Kesimpulan ini berdasarkan hasil riset pecahan tembikar kuno yang ditemukan di Libia. Peneliti Julie Dunne, seorang mahasiswa doktor di University of Bristol mengungkapkan, ternyata ditemukan lemak susu pada tembikar tersebut. “Yang paling menarik adalah susu adalah satu-satunya makanan yang mengandung karbohidrat, protein dan lemak dalam satu kesatuan. Jadi susu merupakan bahan makanan yang sangat berguna bagi masyarakat zaman prasejarah,” kata Dunne.

Meski belum pernah ada bukti yang menyatakan bahwa pemerahan susu sapi pernah ada pada masyarakat zaman pra sejarah di Afrika, penelitian baru ini membantu menjelaskan bagaimana manusia purba memiliki selera terhadap susu.

Konon, orang yang pertama kali memilki gaya hidup bertani ada sekitar 8.000 atau 9.000 tahun yang lalu di sekitar kawasan Mediterania. Setelah itu mereka mengembangkan peternakan susu dan menyebar pada kebiasaan mengonsumsi susu di Eropa.

Lebih lanjut Dunne memaparkan, pada saat yang sama, manusia bermigrasi dari sekitar kawasan Mediterania ke sebuah tempat yang saat ini dikenal dengan Mesir. Melalui pergerakan ini, maka menyebar pula mata pencaharian untuk menghasilkan susu di Afrika Utara.

Ketika para imigran baru yang datang ke Afrika mengembangkan ternak, maka orang pribumi (orang asli Afrika) dengan cepat melihat manfaat luar biasa dari ternak. “Anda benar-benar melihat evolusi dalam tindakan dalam jangka waktu yang sangat singkat, hanya 1.000 hingga 2.000 tahun,” kata Dunne.

Selanjutnya para peneliti sedang merencanakan menganalisa sampel keramik dari beberapa tempat tinggal yang berlokasi di Afrika Utara. Tujuannya, menurut Dunne, mendapatkan gambaran lebih baik tentang bagaimana susu dan sapi menyebar di kalangan masyarakat antar benua.

sumber: discovery news | editor: suparno

follow our twitter: @livestockreview

 

Livestock Review

Livestockreview.com didedikasikan untuk turut memajukan industri peternakan dan produk hasil olahannya di tanah air. Diasuh oleh para ahli di bidangnya, Livestockreview.com menjadi ajang update informasi bagi para pelaku bisnis dan industri peternakan Indonesia.

Previous Article
  • Fokus Utama
  • Referensi

Karapan Sapi, Budaya Balapan Khas Madura’

  • Livestock Review
  • Aug 22, 2013
Baca selengkapnya...
Next Article
  • Fokus Utama
  • Referensi

Kiat Jitu Menangkap Kelinci dan Ayam

  • Livestock Review
  • Aug 24, 2013
Baca selengkapnya...

Baca Artikel lainnya

Baca selengkapnya...
  • Bisnis
  • Fokus Utama

Teknologi yang Menentukan Daya Saing Industri Perunggasan Nasional

  • Feb 1, 2023
Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Ekologi dan Kesehatan Rumen

  • Jan 25, 2023
Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Pentingnya Memahami Feed Intake

  • Jan 16, 2023
Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Ruminansia, Jerami, dan Pangan Bergizi Prima

  • Jan 12, 2023
Baca selengkapnya...
  • Bisnis
  • Fokus Utama

Merawat Optimisme Perunggasan Menapaki 2023

  • Jan 10, 2023

Trending

  • 1
    • Bisnis
    • Fokus Utama
    Teknologi yang Menentukan Daya Saing Industri Perunggasan Nasional
  • 2
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Ekologi dan Kesehatan Rumen
  • 3
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Pentingnya Memahami Feed Intake
  • 4
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Ruminansia, Jerami, dan Pangan Bergizi Prima
  • 5
    • Bisnis
    • Fokus Utama
    Merawat Optimisme Perunggasan Menapaki 2023
 

Instagram

livestockreview
Perkembangan teknologi digital telah membantu perkembangan industri perunggasan menjadi lebih efisien, dengan adanya peran big data, cloud, internet untuk segala (IoT), dan kecerdasan buatan (AI) yang dapat meningkatkan produktifitas bisnis dan industri perunggasan di tanah air.
Sikap optimis dalam memasuki 2023 perlu untuk ditularkan kepada para pemangku kepentingan (Stake holder) bisnis dan industri perunggasan, agar dapat secara bersama-sama membenahi sektor perunggasan sebagai bagian dari penyuplai bahan pangan sumber protein hewani yang penting bagi masyarakat Indonesia."
Ruminansia adalah sekelompok hewan yang dicirikan oleh aktivitas memamah biak atau mengunyah kembali bolus pakan yang sudah ditelan. Kegiatan itu dikenal dengan istilah ruminasi.
Jika pemerintah baik di tingkat pusat maupun di daerah menginginkan keberhasilan pembangunannya tinggi di bidang peternakan, maka para penyusun program perencanaan pembangunan peternakan harus pula dilibatkan dan ditempatkan sebagai “pengawal program pembangunan” yang diberikan kekuasan khusus karena mereka bukan tenaga struktural, pada saat program tersebut dilaksanakan.
Lumpy skin disease (LSD) merupakan penyakit kulit pada sapi asal Afrika yang sangat sulit diberantas.
Waspada !!! Badai Penyakit Mulut dan Kuku (FMD) belum Selesai, LSD sudah Menyebar
Follow
Livestock Review Indonesia
  • About
  • Term Of Service
  • Privacy Policy
  • Arsip Artikel
  • Gallery
  • Download
  • Contact Us
  • WP File download search
Dairy, Meat & Livestock Update, Portal Berita Peternakan
Design & Dev by IMAJIX DIGITAL

Input your search keywords and press Enter.