Livestockreview.com, Bisnis. Beternak ayam potong (broiler) di Indonesia dinilai sangat strategis. Hal ini disebabkan bisnis broiler memiliki keterkaitan ke hulu, hilir dan juga kepada bisnis supportingnya yang luar biasa, seperti penyediaan jagung, dedak, obat-obatan hewan, dan lain-lain.
Jika produk ayam broiler tertanggu, pertama-pertam peternak akan terganggu, pakan terganggu, kemudian industri perbibitan terganggu. “Petani jagung dan padi akan kesulitan,”kata Pengurus Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Rachmat Pambudy dalam Sarasehan Peternak Broiler “Kesiapan Menghadapi Serbuan Ayam Impor dan Solusi Harga Ayam Broiler” yang diselenggarakan oleh Perhimpunan Peternak Unggas Nusantara (PPUN) di Bogor baru-baru ini.
Sebagiaan penjual padi, jelas Rachmat, adalah penjual dedak, yg memang dedak hanya laku jika dijual di industri pakan ternak saja. Dengan demikian, petani padi yang rentan terhadap serbuan beras impor, akan makin terancam oleh dedak yang tidak terjual.
Bisnis broiler harus dilindungi, untuk menjadi komoditi juara di Indonesia. Dengan begitu, jelas Rachmat, Kementerian Perdagangan sebagai palang pintu utama masuknya impor produk paha ayam dan ayam utuh dari luar negeri harus bisa menahannya. Di jajaran pemerintah, masih ada saja yang berpikir bahwa langkah impor adalah menolong potensi domestik agar lebih efisien. “Padahal tidak bisa sepotong-sepotong begitu pemikirannya,” kata Rachmat.
Ia mencontohkan perunggasan Brazil yang sebenarnya industri broilernya yg tidak lebih efisien dari perunggasan di Indonesia. Bisnis perunggasan Brazil kurang lebih sama efisiennya dengan Indonesia. “Bukan close house nya yang efisien, namun harga jagungnya yang jauh lebih murah,” kata Rachmat. Produksi jagung adalah urusan petani jagung, dan bukan urusan peternak. Harga jagung Indonesia mahal, karena benih jagung mahal, sewa lahan juga mahal. Bandingkan dengan petani jagung Brazil yang bisa menggunakan traktor berbahan etanol yang murah. Jadi, “inefisiensi di luar peternak, menjadi beban peternak,”ujarnya. Juga, jalan, bank, transportasi tidak bagus, pun menjadi beban ada di peternak.
Oleh karenanya, Rachmat Pambudy mengharapkan pemerintah, utamanya Kementerian Perdagangan, Pertanian dan Perindustrian bisa bersama peternak kecil, menengah dan Besar memiliki satu langkah untuk sama-sama menghadapi serbuan impor dengan berbagai strategi yang bisa dilakukan, seperti kala Indonesia sukses menghadap chicken Leg Quarter dan Whole Chicken dari impor. Strategi besar yang bisa dilakukan untuk menghadang produk unggas impor adalah keberanian, strategi kehalalan produk yang bisa diperjuangkan di tingkat World Trade Organization (WTO), serta strategi aspek resiprokal. follow our twitter: @livestockreview
penulis: edi sunoko | editor: soegiyono