Livestock Review Indonesia
  • Home
  • Fokus Utama
  • News
  • Bisnis
  • Referensi
  • Artikel Lainnya
    • Produk Olahan
    • Opini
    • Riset
    • Tokoh
    • Kampus
    • lain-lain
    • Gallery
  • About
    • Tentang Kami
    • Pemasangan Iklan
    • Contact Us
  • Download

Follow us

Facebook
Twitter
Instagram
Livestock Review Indonesia
2K Likes
2K Followers
0 Followers
Livestock Review Indonesia
  • Home
  • Fokus Utama
  • News
  • Bisnis
  • Referensi
  • Artikel Lainnya
    • Produk Olahan
    • Opini
    • Riset
    • Tokoh
    • Kampus
    • lain-lain
    • Gallery
  • About
    • Tentang Kami
    • Pemasangan Iklan
    • Contact Us
  • Download
  • Fokus Utama
  • news

Bebek dan Telur Asin, Penggerak Ekonomi Brebes

  • Livestock Review
  • Apr 24, 2013
  • 3 comments
  • 38 views
Total
0
Shares
0
0
0
0
0


Livestockreview.com, Berita
. Beternak bebek telah menjadi bagian dan ciri kehidupan sosial masyarakat Brebes. Budidaya unggas itu diperkirakan berlangsung sejak tahun 1770. Saat ini, peternak bebek sudah memasuki generasi keempat atau kelima.

Seperti Roidin (51), peternak bebek di Desa Pakijangan. Ia menekuni usaha ternak bebek sejak 40 tahun silam saat usianya masih 11 tahun. Awalnya, usaha ternak bebek dilakoni kakek buyutnya mendiang Tarkam, yang kemudian dilanjutkan kakeknya mendiang Data, dan ayahnya mendiang Rejeh. Saat ini, Roidin memelihara 500 bebek usia produktif (enam bulan hingga 1,5 tahun) dalam kandang dan 1.100 bebek bayah (usia di bawah lima bulan) dengan sistem barah atau diumbar di sawah yang sedang panen padi.
Dari 500 bebek di kandang, diproduksi terluar rata-rata 400 butir per hari. Harga telur saat ini Rp 1.150 per butir, maka diperoleh penghasilan Rp 460.000. Untuk kebutuhan pakan, dia menghabiskan biaya Rp 174.000, terdiri dari 70 kilogram bekatul, 50 kilogram ikan, dan setengah karung eceng gondok. ”Saya tidak menggunakan aking karena harganya Rp 2.400 per kilogram. Diganti bekatul saja,” kata ayah tiga anak tersebut.
Semua pekerjaan dilakoninya bersama istrinya, Sri Budianti (40). Dia hanya mempekerjakan dua buruh untuk menjaga bebek bayah yang diumbar.
Meskipun keuntungan yang diperoleh tidak melimpah, Roidin mengaku bisa mencukupi kebutuhan hidup secara layak. Selain membangun rumah dan membeli tiga sepeda motor, ia juga mampu membelikan tanah untuk semua anaknya di desanya. Setiap anak seluas 238 meter persegi.
Ketiga anaknya, yakni Darsipah (26), Warjoyo (23), dan Muhadi (21), pun mengikuti jejaknya sebagai peternak bebek. ”Sebelumnya anak saya Darsipah sempat bertanam bawang merah dan berjualan warteg di Jakarta, tapi rugi. Akhirnya dia pilih beternak bebek,” tuturnya.
Ada 650 peternak bebek di 11 kecamatan
Berdasarkan data Dinas Peternakan Kabupaten Brebes tahun 2010, terdapat sekitar 650 peternak bebek, yang tergabung dalam 25 kelompok tani. Mereka tersebar di 11 dari 18 kecamatan di Kabupaten Brebes. Jumlah populasi bebek di Brebes mencapai 612.000 ekor dengan produksi telur sekitar 5,2 juta butir per bulan.
Sentra peternakan bebek terletak di daerah pantai utara, seperti di tepi laut, terletak dekat sungai serta memiliki hamparan luas. Lokasi pemeliharaan bebek terletak pada lepe-lepe atau bantaran sungai, yang berhubungan langsung dengan laut. ”Itu merupakan daerah-daerah yang maju bebeknya,” kata Atmo Tan Sidik, Kepala Bagian Humas dan Protokol Pemkab Brebes.
Saat air laut pasang, lanjutnya, di daerah lepe-lepe banyak dihasilkan udang, yang terbawa air sungai. Lepe-lepe juga kawasan yang sejuk dan tak banyak menghasilkan getaran. Kondisi lingkungan seperti itu sangat cocok bagi bebek karena ternak itu biasanya enggan bertelur dalam lingkungan yang banyak getaran.
Ada sejumlah prestasi juga tertoreh dari usaha peternakan bebek, antara lain, juara pertama tingkat nasional tahun 2004 diraih KTTI Maju Jaya, juara II tingkat nasional tahun 2007 diraih KTTI Adem Ayem, dan juara III tingkat nasional tahun 2009 oleh KTTI Mengkar Sari.
Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Brebes Nono Setyawan menjelaskan, berdasarkan data tahun 2009, produk domestik regional bruto (PDRB) Kabupaten Brebes mencapai Rp 6,442 triliun. Subsektor peternakan, termasuk di dalamnya peternakan bebek, menopang sekitar 4,1 persen PDRB Kabupaten Brebes pada tahun itu.
Dari budidaya bebek, muncul usaha lain, seperti pengolahan telur asin. Usaha telur asin mulai berkembang di Brebes sekitar tahun 1950 yang dirintis warga keturunan Tionghoa setempat, yakni mendiang suami istri In Tjiauw Seng dan Tan Polan Nio.
Kini, hampir di setiap sudut kota dan desa terdapat pengolah dan penjual telur asin. Keberadaan toko-toko telur asin yang berderet di jalur pantura juga menjadi tanda keberadaan Brebes. Terdapat sekitar 200 gerai penjualan telur asin di Brebes dengan omzet penjualan sekitar 12 juta butir telur asin per bulan atau sekitar Rp 24 miliar per bulan.
Dibandingkan dengan hasil produksi ternak bebek, industri telur asin di Brebes masih kekurangan bahan baku 6,8 juta butir per bulan. Kekurangan itu dipasok dari Tegal, Pemalang, Cilacap, Indramayu, Cirebon, Blitar, dan Mojokerto. ”Kondisi ini memperlihatkan, peluang usaha bebek di Brebes masih terbuka lebar,” kata Nono.
Belum optimalnya produksi telur bebek di Brebes dipicu sejumlah kendala, antara lain, permodalan dan sumber daya manusia. Secara teknis, mutu genetik bebek yang dipelihara di Brebes juga belum menghasilkan produktivitas optimal.
Kini, Dinas Peternakan Kabupaten Brebes bersama Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan pemerintah pusat mengembangkan pembibitan bebek yang lebih berkualitas. Upaya lain adalah dilakukan pelatihan sumber daya manusia, pembinaan penyuluh peternakan, dan penempatan kawasan peternakan pada tanah nonkelas (tanah lepe-lepe), yang kondisi lingkungannya cocok untuk habitat bebek.
Bantu akses permodalan
Pemerintah juga membantu akses informasi dan permodalan bagi peternak. Misalnya, akhir tahun 2010, peternak di Desa Pengaradan, Kecamatan Bulakamba, mendapatkan kredit ketahanan pangan dan energi dari salah satu bank pemerintah sebesar Rp 500 juta.
Pemkab Brebes juga bantu mengembangkan sektor industri telur asin. Menurut Atmo Tan, pemkab memfasilitasi permohonan bantuan peralatan produksi industri telur asin ke dinas perindustrian dan perdagangan provinsi serta memfasilitasi perajin telur asin untuk mengikuti pasar lelang agrobisnis.
Selain itu, dilakukan pelatihan desain kemasan, bantuan stimulan kemasan bagi industri kecil telur asin, promosi, perluasan pasar telur asin, fasilitasi pendaftaran hak paten atau merek, serta fasilitasi uji laboratorium kualitas telur asin.
Saat ini, peternakan bebek juga berkembang dalam bentuk ternak bebek pedaging. Ternak bebek pedaging antara lain dikembangkan sejumlah peternak di Desa Limbangan Wetan, Kecamatan Brebes, dan di Desa Pakijangan, Kecamatan Bulakamba.
Di Desa Pakijangan, populasi bebek pedaging mencapai 70.000 ekor. Menurut Ketua Kelompok Ternak Bebek Adem Ayem, Desa Pakijangan, Kecamatan Brebes, Atmo Suwito Rasban, ternak bebek pedaging juga dilakukan peternak bebek petelur sebagai sampingan. ”Dari 100 peternak anggota KTTI, sekitar 85 orang juga beternak bebek pedaging. Populasi bebek petelur sendiri sekitar 89.000 ekor,” katanya.
Bebek pedaging dari wilayah tersebut dipasarkan ke Jakarta dan beberapa kota lainnya. Setiap hari, KTTI Adem Ayem, misalnya, mampu memasok sekitar 2.000 bebek pedaging berusia 1,5 bulan hingga 2,5 bulan. Bahkan, sebagai pendukung pengembangan usaha bebek pedaging, kelompok ternak tani bebek itu juga membangun pabrik pakan dengan bantuan dana dari pemerintah pusat sebesar Rp 690 juta. Saat ini kapasitas pabrik pakan di wilayah itu mencapai satu ton per hari dan cukup untuk memenuhi kebutuhan setiap hari dari sekitar 10.000 bebek.
Berkembangnya sektor peternakan bebek dan industri turunannya di Kabupaten Brebes ternyata juga menarik minat orang Malaysia untuk mengembangkannya. Terbukti, Atmo mengaku lima kali didatangi perwakilan peternak Malaysia.
”Mereka meminta saya menyediakan 10 hingga 15 peternak yang bisa mengajari cara beternak bebek dan membuat telur asin. Berapa pun bayarannya, akan dikasih,” ujarnya menjelaskan. Namun, Atmo menolaknya karena hal tersebut berpeluang menghancurkan peternak lokal yang selama ini bergantung hidup pada usaha ternak bebek.
sumber: kompas | editor: reni laksmi
Livestock Review

Livestockreview.com didedikasikan untuk turut memajukan industri peternakan dan produk hasil olahannya di tanah air. Diasuh oleh para ahli di bidangnya, Livestockreview.com menjadi ajang update informasi bagi para pelaku bisnis dan industri peternakan Indonesia.

Previous Article
  • Fokus Utama
  • Referensi

Peran Penting Fosfat pada Pengolahan Daging

  • Livestock Review
  • Apr 23, 2013
Baca selengkapnya...
Next Article
  • Fokus Utama
  • Referensi

Inspirasi dari Induk Sapi

  • Livestock Review
  • Apr 25, 2013
Baca selengkapnya...

Baca Artikel lainnya

Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Mikroba Rumen: Kecil Jasadnya, Besar Fungsinya

  • Mar 9, 2023
Baca selengkapnya...
  • Bisnis
  • Fokus Utama

Akselerasi Teknologi Tepat Guna untuk Perunggasan Indonesia

  • Feb 27, 2023
Baca selengkapnya...
  • Bisnis
  • Fokus Utama

Teknologi yang Menentukan Daya Saing Industri Perunggasan Nasional

  • Feb 1, 2023
Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Ekologi dan Kesehatan Rumen

  • Jan 25, 2023
Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Pentingnya Memahami Feed Intake

  • Jan 16, 2023

Trending

  • 1
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Mikroba Rumen: Kecil Jasadnya, Besar Fungsinya
  • 2
    • Bisnis
    • Fokus Utama
    Akselerasi Teknologi Tepat Guna untuk Perunggasan Indonesia
  • 3
    • Bisnis
    • Fokus Utama
    Teknologi yang Menentukan Daya Saing Industri Perunggasan Nasional
  • 4
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Ekologi dan Kesehatan Rumen
  • 5
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Pentingnya Memahami Feed Intake
 

Instagram

livestockreview
Indonesia Livestock Club (#ILC25): Kesiapan Industri Perunggasan Menyambut Bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri
Beberapa menit setelah lahir, ruminansia muda yang sering disebut pre-ruminant, terekspos dengan bermacam-macam mikroba sejak mulai di saluran organ reproduksi dan vagina, saliva, kulit, dan feses induknya. Ketika lahir, induknya menjilat-jilat dan memakan lendir dan cairan yang menyelimuti tubuh anaknya.
Salah satu kunci untuk dapat bertahan di perunggasan adalah melalui efisien dan peningkatan produktifitas yang dapat terwujud dengan penggunaan teknologi.
Perkembangan teknologi digital telah membantu perkembangan industri perunggasan menjadi lebih efisien, dengan adanya peran big data, cloud, internet untuk segala (IoT), dan kecerdasan buatan (AI) yang dapat meningkatkan produktifitas bisnis dan industri perunggasan di tanah air.
Sikap optimis dalam memasuki 2023 perlu untuk ditularkan kepada para pemangku kepentingan (Stake holder) bisnis dan industri perunggasan, agar dapat secara bersama-sama membenahi sektor perunggasan sebagai bagian dari penyuplai bahan pangan sumber protein hewani yang penting bagi masyarakat Indonesia."
Ruminansia adalah sekelompok hewan yang dicirikan oleh aktivitas memamah biak atau mengunyah kembali bolus pakan yang sudah ditelan. Kegiatan itu dikenal dengan istilah ruminasi.
Follow
Livestock Review Indonesia
  • About
  • Term Of Service
  • Privacy Policy
  • Arsip Artikel
  • Gallery
  • Download
  • Contact Us
  • WP File download search
Dairy, Meat & Livestock Update, Portal Berita Peternakan
Design & Dev by IMAJIX DIGITAL

Input your search keywords and press Enter.