Livestock Review Indonesia
  • Home
  • Fokus Utama
  • News
  • Bisnis
  • Referensi
  • Artikel Lainnya
    • Produk Olahan
    • Opini
    • Riset
    • Tokoh
    • Kampus
    • lain-lain
    • Gallery
  • About
    • Tentang Kami
    • Pemasangan Iklan
    • Contact Us
  • Download

Follow us

Facebook
Twitter
Instagram
Livestock Review Indonesia
2K Likes
2K Followers
0 Followers
Livestock Review Indonesia
  • Home
  • Fokus Utama
  • News
  • Bisnis
  • Referensi
  • Artikel Lainnya
    • Produk Olahan
    • Opini
    • Riset
    • Tokoh
    • Kampus
    • lain-lain
    • Gallery
  • About
    • Tentang Kami
    • Pemasangan Iklan
    • Contact Us
  • Download
  • Fokus Utama
  • Riset

Apa dan Bagaimana Ayam Kedu Hitam

  • Livestock Review
  • Sep 1, 2012
  • 2 comments
  • 6 views
Total
0
Shares
0
0
0
0
0

Livestockreview.com, Riset. Ayam kampung asal Temanggung, yakni ayam kedu dibedakan atas warnanya bulu dan tubuhnya, yaitu kedu hitam (lebih dari 90,6 persen berwarna hitam), ayam kedu putih (3,4 persen berwarna hitam) ayam kedu cokelat (0,2 persen berwarna hitam), ayam kedu kelabu (0,1 persenberwarna hitam) dan ayam kedu lurik (5,7 persen berwarna hitam). Itu tadi kategori ayam kedu menurut Balai Penelitian Ternak (Balitnak). Adapun menurut masyarakat peternak di Kabupaten Temanggung, mereka membedakannya dalam tiga jenis ayam kedu, yakni ayam kedu hitam, kedu putih dan kedu campuran.

Perbedaan antara ayam kedu hitam dengan ayam cemani terletak pada persebaran warnanya. Ayam kedu hitam persebaran warna hanya pada seluruh bulunya saja, sedangkan ayam cemani keseluruh bagian tubuhnya. Jadi ayam cemani merupakan ayam kedu hitam tetapi ayam kedu hitam belum tentu ayam cemani.

Banyaknya kesamaan dari ukuran tubuh ayam cemani dengan ayam kedu hitam serta belum adanya informasi khusus mengenai karakteristik kuantitatif ayam cemani, maka saat ini ayam cemani pada prinsipnya sama dengan ayam kedu hitam.

Identifikasi Balitnak menyebutkan, ayam kedu jantan dewasa pada waktu berdiri normal mencapai tinggi sekitar 60 cm dengan lingkar dada mencapai 34 cm dan panjang sayap 25 cm. Ayam kedu betina dewasa mencapai tinggi 50 cm dengan lingkar dada 27 cm dan panjang sayap 21 cm. Bobot anak ayam kedu umur sehari berkisar antara 28-32 gram/ekor, kemudian bobot ayam kedu betina umur 5 bulan berkisar antara 1200-1300 gram/ekor. Adapun ayam kedu jantan umur 5 bulan berkisar antara 1400-1500 gram/ekor.

Umur pertama bertelur ayam kedu adalah berkisar antara 4,6-6,5 bulan. Produksi telur ayam kedu pada pemeliharaan diumbar dan semi intensif berkisar 56-77 butir/ekor/tahun, berbeda dari ayam kedu yang dipelihara secara intensif dalam kandang batere yang dapat mencapai 215 butir/ekor/tahun. Bobot telur ayam kedu berkisar antara 41-49 gram/butir. Konsumsi pakan ayam kedu dewasa per hari mencapai 93 gram per ekor.

Hasil riset lain, yang membandingkan produksi telur antara ayam kedu dan jenis ayam lokal lain selama 52 minggu menunjukkan bahwa produksi telur ayam kedu hitam cemani ternyata lebih tinggi, yakni 58.8 persen; sedangkan jenis kedu putih 54 persen; ayam nunukan 50 persen dan ayam pelung 32 persen.

Ayam cemani dapat dipelihara dalam kandang berlantai kawat, bambu ataupun langsung di atas lantai tanah atau semen yang dialasi sekam atau serbuk gergaji secukupnya.

Ukuran kandang bervariasi disesuaikan dengan besar-kecilnya ayam. Untuk ayam dewasa setiap luasan lantai 1 m2, maksimum dapat diisi oleh 4-6 ekor. Ruangan dalam kandang ayam harus terhindar dari pemanasan matahari langsung dan basah kena air hujan.

Ventilasi dibuat secukupnya di sekitar dinding kandang. Kebersihan kandang harus selalu dipelihara untuk menghindarkan ayam dari penyakit. Larutan desinfektant dapat dipakai untuk menyeprot setiap pojok kandang setelah dibersihkan dari sampah dan debu. Penerangan dapat diberikan secukupnya terutama untuk anak-anak ayam agar memudahkan pengontrolan pada waktu malam hari.

Jenis pakan yang dapat diberikan untuk lebih mudahnya dapat memakai pakan jadi komersial jenis ayam ras tipe petelur mulai dari pakan untuk anak ayam, ayam muda dan ayam dewasa. Namun untuk menekan harga, pakan dapat dibuat dengan campuran berbagai bahan pakan seperti dedak padi, jagung giling, menir, gabah dan sebagainya, yang disesuaikan dengan ketersediaan bahan dan harga.

Dalam proses mencampur pakan, diperlukan pengetahuan yang cukup mulai dari mengetahui kebutuhan berbagai tingkatan umur ayam, pengetahuan nilai gizi bahan-bahan pakan dan teknik penyusunan pakan untuk mendapatkan pakan yang mengandung berbagai zat gizi yang diperlukan ayam pada berbagai tingkatan umur tersebut.

Para peternak ayam kedu, umumnya mempunyai kecenderungan mengembangkan jenis ayam kedu yang berbulu hitam cemani karena secara ekonomi memang memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi ditinjau dari banyaknya permintaan pasar. Namun akibat dari banyaknya permintaan akan ayam cemani ini baik berupa DOC, ayam muda, maupun dewasa menjadikan stock ayam cemani ini semakin hari semakin habis dan berdampak pada ayam kedu secara keseluruhan yang juga semakin berkurang. Terlebih lagi ketika itu belum diimbangi dengan adanya upaya pelestarian plasma nutfah ayam kedu secara umum dan kontinyu untuk mempertahankan ketersediaan bibit.

Melestarikan Ayam Kedu

Upaya pelestarian ayam kedu secara umum yang mempunyai kekerabatan genetika sangat dekat dengan ayam cemani, sementara ini dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pembibitan Ternak Unggas di Maron, Kabupaten Temanggung Propinsi Jawa Tengah. UPT ini berada di bawah pengelolaan Dinas Peternakan Propinsi Jawa Tengah yang bekerja sama dengan Laboratorium Ilmu Pemuliaan dan Reproduksi Ternak Fakultas Peternakan Undip.

Di samping itu juga dengan melibatkan kelompok peternak ayam Kedu yang ada di Kabupaten Temanggung yang mempunyai koleksi ayam kedu dan cemani.

Upaya-upaya yang akan atau telah dilakukan selama ini dalam rangka menyelamatkan keberadaan ayam kedu termasuk ayam cemani dan jenis ayam-ayam lokal lainnya di Indonesia terus diupayakan secara kontinyu dengan melibatkan berbagai pihak terkait dan tentunya juga masyarakat sebagai peternak agar upaya pelestarian plasma nutfah ini da pat tercapai.

sm | penulis: dedy winarto, mahasiswa magister ilmu ternak undip semarang | editor: soegiyono 

follow our twitter: @livestockreview

Livestock Review

Livestockreview.com didedikasikan untuk turut memajukan industri peternakan dan produk hasil olahannya di tanah air. Diasuh oleh para ahli di bidangnya, Livestockreview.com menjadi ajang update informasi bagi para pelaku bisnis dan industri peternakan Indonesia.

Previous Article
  • Fokus Utama
  • Referensi

Mitos-mitos Seputar Telur

  • Livestock Review
  • Aug 31, 2012
Baca selengkapnya...
Next Article
  • Fokus Utama
  • Referensi

Unggas Lokal, Pelengkap Pemenuhan Protein Hewani Masyarakat

  • Livestock Review
  • Sep 2, 2012
Baca selengkapnya...

Baca Artikel lainnya

Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Mikroba Rumen: Kecil Jasadnya, Besar Fungsinya

  • Mar 9, 2023
Baca selengkapnya...
  • Bisnis
  • Fokus Utama

Akselerasi Teknologi Tepat Guna untuk Perunggasan Indonesia

  • Feb 27, 2023
Baca selengkapnya...
  • Bisnis
  • Fokus Utama

Teknologi yang Menentukan Daya Saing Industri Perunggasan Nasional

  • Feb 1, 2023
Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Ekologi dan Kesehatan Rumen

  • Jan 25, 2023
Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Pentingnya Memahami Feed Intake

  • Jan 16, 2023

Trending

  • 1
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Mikroba Rumen: Kecil Jasadnya, Besar Fungsinya
  • 2
    • Bisnis
    • Fokus Utama
    Akselerasi Teknologi Tepat Guna untuk Perunggasan Indonesia
  • 3
    • Bisnis
    • Fokus Utama
    Teknologi yang Menentukan Daya Saing Industri Perunggasan Nasional
  • 4
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Ekologi dan Kesehatan Rumen
  • 5
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Pentingnya Memahami Feed Intake
 

Instagram

livestockreview
Indonesia Livestock Club (#ILC25): Kesiapan Industri Perunggasan Menyambut Bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri
Beberapa menit setelah lahir, ruminansia muda yang sering disebut pre-ruminant, terekspos dengan bermacam-macam mikroba sejak mulai di saluran organ reproduksi dan vagina, saliva, kulit, dan feses induknya. Ketika lahir, induknya menjilat-jilat dan memakan lendir dan cairan yang menyelimuti tubuh anaknya.
Salah satu kunci untuk dapat bertahan di perunggasan adalah melalui efisien dan peningkatan produktifitas yang dapat terwujud dengan penggunaan teknologi.
Perkembangan teknologi digital telah membantu perkembangan industri perunggasan menjadi lebih efisien, dengan adanya peran big data, cloud, internet untuk segala (IoT), dan kecerdasan buatan (AI) yang dapat meningkatkan produktifitas bisnis dan industri perunggasan di tanah air.
Sikap optimis dalam memasuki 2023 perlu untuk ditularkan kepada para pemangku kepentingan (Stake holder) bisnis dan industri perunggasan, agar dapat secara bersama-sama membenahi sektor perunggasan sebagai bagian dari penyuplai bahan pangan sumber protein hewani yang penting bagi masyarakat Indonesia."
Ruminansia adalah sekelompok hewan yang dicirikan oleh aktivitas memamah biak atau mengunyah kembali bolus pakan yang sudah ditelan. Kegiatan itu dikenal dengan istilah ruminasi.
Follow
Livestock Review Indonesia
  • About
  • Term Of Service
  • Privacy Policy
  • Arsip Artikel
  • Gallery
  • Download
  • Contact Us
  • WP File download search
Dairy, Meat & Livestock Update, Portal Berita Peternakan
Design & Dev by IMAJIX DIGITAL

Input your search keywords and press Enter.