Livestockreview.com, Bisnis. Bisnis unggas di Tanah Air mengalami pertumbuhan yang pesat, bahkan mencapai angka 15 persen pada tahun 2012 lalu. Produksi daging dan telur ayam juga telah mencapai swasembada dengan stabilitas, ketersediaan, keterjangkauan, dan keterandalan dalam memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat. Dunia perunggasan membutuhkan banyak event untuk mensosialisasikan prestasi dunia perunggasan sehingga menarik perhatian dan dukungan pemerintah serta masyarakat.
Data Ditjen Peternakan menunjukkan, kinerja perunggasan mempunyai posisi yang menguntungkan karena sudah swasembada dengan produksi 67 persen dari produksi daging nasional yaitu 1.818.000 ton pada tahun 2012. Mengacu pada data Ditjen Peternakan tersebut, jika dibandingkan dengan produk peternakan lainnya, daging unggas mempunyai kontribusi tertinggi dalam memenuhi kebutuhan daging nasional.
Daging sapi hanya berkontribusi 18 persen, daging babi 8 persen, daging kerbau 1 persen, dan 2 persen produksi daging lainnya. Produksi daging nasional pada tahun 2012 mencapai angka 2.700.000 ton.
Nilai produksi dan perdagangan unggas (ayam dan itik) senilai 63 trilyun. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan sapi yang nilai produksi dan perdagangannya hanya mencapai 42 Trilyun dan ternak lainnya hanya 19 triliyun.
Keunggulan daging unggas baik dari segi produksi maupun nilai perdagangan, yakni mempunyai alat kontrol yang jelas. Keseimbangan harga dan keseimbangan antara permintaan dan penawaran juga harus dipikirkan untuk menghindari harga yang fluktuatif.
Terlalu tingginya suplai dapat menurunkan harga sehingga merugikan peternak. Seperti yang sedang dialami oleh peternak Sulawesi dalam tiga bulan terakhir. Pemerintah yang terlalu menggenjot swasembada menyebabkan harga daging ayam turun hingga 6.500/kg padahal HPP 15.000/kg ayam hidup.
follow our twitter: @livestockreview
penulis: h3st1 | editor:sugiyono