Livetockreview.com, Referensi. Lamtoro adalah jenis tumbuhan tropis serbaguna yang banyak ditanam untuk berbagai keperluan, seperti untuk peneduh, pencegah erosi, tanaman untuk penghijauan, dapat digunakan sebagai rambatan hidup untuk tanaman lain seperti tanaman lada, vanilli, markisa. Daun lamtoro juga sangat berguna sebagai sumber bahan baku pakan sapi.
Tanaman yang termasuk dalam jenis polong-polongan ini daunnya memiliki kecernaan yang baik, yakni 60-70% pada ternak ruminasia.”Produktifitas lamtoro mencapai kurang lebih 50 ton bahan kering per hektar, memerlukan lahan tanaman seluas 48.486 hektar. Untuk menjamin ketersediaan lamtoro, sangat diperlukan pengelolaan yang baik, dan strategi feeding agar pemakaiannya dapat berkelanjutan,” kata Ketua Umum Asosiasi Ahli Nutrisi dan Pakan Indonesia (AINI) Prof Nahrowi dalam Seminar Online tentang pengelolaan dan optimalisasi pemakaiam lamtoro pada sapi.
Acara diselenggarakan pada 6 Agustus 2020 melalui aplikasi daring, dengan menghadirkan tiga narasumber ahli: Dr Tanda Panjaitan (peneliti BPTP Balitbangtan NTB), Prof Dr. Dahlanuddin (Guru Besar Universitas Mataram, Lombok), dan Prof Max Shelton (Guru Besar Universitas Queensland, Australia). Diskusi dipandu oleh Triastuti Andajani, M.Si (Program Manager IP2FC ISPI).
Tantangan penggunaan lamtoro pada pakan ruminansia adalah adanya zat antinutrisi pada lamtoro yakni mimosin. Pada rumen sapi, senyawa mimosin akan dikonversi menjadi 3,4 dan 2,3 dihydroxy-pyridine (DHP). Keracunan mimosin atau DHP tersebut dapat menyebabkan ternak mengalami pembesaran kelenjar tiroid, dengan gejala terjadinya penurunan nafsu makan, bulu kusam, berdiri, dan rontok. DHP juga menyebabkan terjadinya defisiensi mineral, khusus besi, tembaga, dan magnesium.
Namun demikian, beberapa penelitian yang dilakukan oleh Dahlanuddin memperlihatkan bahwa sapi Bali ternyata dapat mengonsumsi 100% lamtoro, tanpa keracunan mimosin. Menurut penjelasan Guru Besar Fakultas Peternakan Universitas Mataram tersebut, ternyata DHP dari hasil konversi mimosin tersebut ternyata telah terkonyugasi dengan asam berbasis gula, yaitu asam glucuronat.
2,3-DHP yang terkonyugasi tersebut tidak toksik dan dapat dibuang dengan aman melalui urin. Bahkan, kandungan 2,3-DHP yang tinggi tidak mempengaruhi kesehatan sapi. Hasil temuan itu, jelas Dahlanuddin, kemudian mengubah cara dalam mengelola
keracunan mimosin di Indonesia dan Australia. Ia menandaskan, konyugasi DHP dapat terjadi dengan cara adaptasi terhadap lamtoro secara bertahap.
editor: sugiono | sumber: AINI
follow our ig: www.instagram.com/livestockreview