Livestockreview.com, Referensi. Dalam proses pemeliharaan ayam kampung, peran pakan amatlah penting. Pakan akan mempengaruhi kontribusi, performances dan produksi. Jika memiliki pakan yang baik, maka 70 persen masalah telah terselesaikan.
Pakan harus bisa dicerna menjadi zat nutrisi dan diserap: perlu sistem pencernaan yang baik, mulai dari mulut hingga kloaka, pankreas, hati dan kelenjar pencernaan yang baik. Zat nutrisi harus mampu diangkut ke sel-sel tubuh: perlu kualitas darah dan aliran darah yang baik, artinya perlu sumsung tulang, hati dan jantung yang sehat.
Menurut ahli pakan unggas Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang, tiap tahun nilai proyeksi akan kebutuhan pakan di Indonesia semakin meningkat. Untuk menaggulangi peningkatan kebutuhan akan pakan tersebut, menurut Edjeng sebenarnya bukanlah hal yang sulit dipecahkan. Dalam berternak ayam lokal ataupun unggas lokal lainnya, sebenarnya bukanlah hal yang sulit dan mahal.
Ia mencontohkan, untuk mencapai produksi ayam lokal yang berkualitas, maka cukup diberikan pakan yang berasal dari limbah agroindustri. Potensi ini sayangnya masih jarang dimanfaatkan oleh para peternak ayam lokal. Edjeng memaparkan bahwa baik potensi ayam lokal ataupun unggas lokal Indonesia dan juga sumberdaya pakan (limbah agroindustri) yang ada amatlah sayang jika tidak dapat dimanfaatkan dengan semaksimal mungkin.
Pemanfaatan terhadap potensi pakan yang ada (dalam hal ini jagung) belum dimanfaatkan dengan baik. Sebagai contohnya adalah pada kasus di daerah Sumatera Utara (Sumut), daerah ini mampu memproduksi jagung sebesar 1.098.969 ton pada tahun 2008, namun dari total produksi ini yang dikonsumsi hanyalah 486.306 ton saja.
Melihat potensi unggas lokal dan juga potensi pakan alami yang dimiliki Indonesia, maka seharusnya pemerintah mulai mencanangkan sektor ternak unggas lokal sebagai salah satu sektor yang dipandang memiliki potensi untuk berkembang sebagai kontributor daging dan telur utama dalam memenuhi kebutuhan nasional.
Rasanya cita-cita ini tidaklah terlalu muluk. Bagaimana tidak? Menurut data yang ada, kontribusi daging unggas lokal meningkat sebesar 20 persen yakni sebesar 64,7 persen. Tingginya kontribusi unggas ini diharapkan mampu menggeser kedigdayaan unggas impor yang saat ini terlalu mendominasi.
penulis: s3k4r | editor: soegiyonoÂ