Livestockreview.com, Bisnis. Harga daging sapi pada Bulan Juli-Agustus diperkirakan menjadi yang tertinggi pada tahun ini. Hal itu selain disebabkan oleh adanya hari besar puasa ramadan-Lebaran, juga dampak dari kenaikan harga bahan bakar minyak. Pemerintahan Susilo Bambang Yudoyono pun ambil jalan pintas untuk mengatasi hal ini: impor daging!
Namun apa yang terjadi? Harga daging sapi bukannya turun, bahkan naik tak terkendali. Sangat disayangkan bahwa inisiatif pemerintah untuk meredam harga daging sapi dengan cara impor menjadi sia-sia hanya karena karena hal teknis yang tidak bisa dilakukan oleh pemerintahan yang dipimpin presiden Susilo ini.
Masalah impor daging Bulog ini harusnya bisa menjadi pengalaman bagi pemerintah untuk berani melakukan gebrakan dan melakukan hal yang out of the box, selama hal itu tidak bertentangan dengan aturan dan demi kepentingan masyarakat luas. Apabila pemerintah mampu meredam lonjakan harga daging sapi menjelang puasa, bisa jadi pemerintah juga mampu meredam kenaikan harga bahan pokok lainnya yang biasanya harganya juga melonjak.
Sebut saja telor dan daging ayam. Strateginya adalah, tidak melulu mengandalkan impor. Namun, dengan perencanaan yang baik, pasokan komoditas tersebut bisa ditingkatkan menjelang masa tersebut, sehingga harga tidak melonjak.
Para pelaku bisnis sudah tahu bahwa setiap tahun menjelang puasa dan lebaran pasti terjadi kenaikan sejumlah bahan pokok yang disebutkan tadi. Dengan demikian, pemerintah bisa menambah pasokan sebanyak yang diperlukan sehingga kendati terjadi kenaikan permintaan, tidak menyebabkan harga naik signifikan. Akankah pemerintahan pimpinan Presiden Susilo ini mau belajar dari pengalaman yang sangat mahal ini?
penulis: arieta (sumber bisnis) | editor: diana mandagi
follow our twitter: @livestockreview