Livestockreview.com, opini. Teknik pembiakan ternak dengan Inseminasi Buatan (IB) memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan kawin alami. Di antaranya adalah pelebaran mutu genetik ternak, yakni seekor pejantan mampu mengawini ribuan ekor betina dalam 1 tahun, bisa mengawini betina yang letaknya di lain pulau, recording atau silsilah pejantan dan induk lebih jelas, dan mencegah penyebaran penyakit yang bisa menular lewat kawin suntik. Bagi para peternak, teknik IB relatif lebih hemat biaya.
Prospek Inseminasi Buatan di Indonesia sangat bagus, terutama sejak tahun lalu. Pemerintah telah mencanangkan swasembada daging, masyarakat Indonesia butuh daging dengan kualitas baik yang mengharuskan bersumber dari sapi kualitas unggul. Di sisi lain, peternak membutuhkan bibit unggul.
Ahli pembibitan ternak Drh. Maideswar, M.Si mengatakan, di Indonesia, lembaga pemerintah yang memprodukasi semen bektu ternak adalah Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari yang berdiri sejak tahun 1976. BBIB Singosari yang memiliki motto ‘setetes mani sejuta harapan’, berkomitmen memberikan yang terbaik bagi dunia peternakan Indonesia.
Lebih jauh Maideswar mengatakan, tingkat keberhasilan IB tergantung dari dari beberapa hal, antara lain kualitas semen. Semen segar dari pejantan harus dianalisa terlebih dahulu apakah kualitasnya telah memenuhi standar. Faktor penentu lain yakni keterampilan petugas/bull master, petugas IB, dan kondisi sapi yang akan di-IB. Khusus untuk peternak, jika sapi betina telah mulai birahi, peternak harus segera melapor kepada petugas IB untuk bisa segera di-IB.
Kondisi sapi betina yang akan di-IB juga menentukan tingkat keberhasilan dari IB. Sapi betina yang sedang birahi kondisinya harus memungkinkan untuk di-IB. Bagi sapi betina yang sudah 3x dilakukan IB, dan tidak berhasil juga, maka harus diberikan treatment. Namun demikian, sebelumnya harus melihat kondisi sapi. Apabila induk sapi terlalu kurus, harus diperbaiki kondisi berat badannya. Jika terdapat kelainan birahi atau organ reproduksinya, harus diobati. Jika telah tercapai kondisi yang sesuai, baru diberikan suntikan FSH. Jika setelah diberikan suntikan FSH lalu dilakukan IB lagi sapi tersebut tidak juga berhasil bunting, maka sapi tersebut sebaiknya dijadikan sapi penggemukan saja untuk kemudian disembelih untuk diambil dagingnya.
Di BBIB Singosari, permintaan terhadap semen sapi Bali sangat banyak, terutama dari daerah di luar Bali. Jumlah pejantan sapi Bali di BBIB Singosari sampai saat ini ada 21 ekor, sedang diusahakan agar bertambah menjadi 50 ekor. Penting untuk diperhatikan, sapi-sapi pejantan di BBIB Singosari dipelihara dan dirawat dengan baik. Kuku sapi dipotong secara rutin, diusahakan mencegah jangan sampai kukunya mencederai sapi tersebut saat sedang berjalan atau menggaruk tubuhnya.
Perawatan sapi pejantan yang lain yakni dengan memandikan sapi dilakukan 2x setiap hari, rutin dibersihkan daerah penis pejantan. Sapi-sapi yang dikandangkan tersebut harus diberikan exercise rutin setiap hari, agar kesehatan tubuhnya tetap terjaga juga agar sapi tersebut tidak mengalami stres yang mengakibatkan penurunan kuantitas dan kualitas semen.
putu indra budi setiawan, mahasiswa fakultas peternakan universitas udayana, denpasar bali | editor: soeparno