Livestockreview.com, Bisnis. Influenza memiliki ekologi yang sangat kompleks dan tidak kasat mata. Banyak hewan yang bisa terkena influenza dan hampir setiap hewan yang terkena tidak bisa dilihat secara kasat mata bagaimana ciri hewan ini sedang terjangkit influenza. Menurut pakar kesehatan unggas Prof. Dr. I Gusti Ngurah Mahardika, tidak hanya hewan, manusia juga berpotensi terkena influenza. Penularan terhadap manusia bisa dari hewan yang berada disekitar lingkungan hidup manusia itu sendiri.
Perkembangan Virus Avian Influenza di Indonesia bermula sejak 5 tahun terakhir. Virus ini diduga berasal dari China. Virus ini bisa berasal dari burung liar yang terbang masuk ke dalam wilayah Indonesia. Virus ini bukan hanya menyerang ayam saja, tetapi banyak ternak seperti itik, bebek, dan burung puyuh bisa terkena virus ini. Mahardika menjelaskan, virus influenza memiliki ciri yang unik dan gen yang terpisah. Virus Avian Influenza menyerang sistem endotel pembuluh darah sehingga terjadi pendarahan hampir di seluruh organ tubuh. Perubahan patologi ditemukan di bawah kulit, otot, jaringan lemak, dan berbagai organ visceral ( ovarium, proventrikulus, usus halus dan usus besar ). Jika sudah terserang virus Avian Influenza tidak dapat disembuhkan dengan pemberian obat. Pengendalian terbaik terhadap penyakit Avian Influenza adalah dengan memberikan kekebalan pada ayam melalui vaksinasi.
Mahardika menandaskan, vaksinasi yang disuntikkan harus mengandung virus AI subtipe H5N1 isolat lokal, yang telah dinanaktifkan dan diemulsikan ke dalam adjuvant untuk meningkatkan dan memperpanjang daya kerja vaksin. Tiap dosis mengandung potensi virus AI minimal 50PD.
Vaksin ini dapat disuntikkan pada ayam pedaging, ayam jantan, ayam petelur dan ayam pembibit. Vaksin ini juga bisa diberikan kepada hewan lain seperti burung puyuh, itik, bebek dan entok. Pemberian vaksin pada ayam petelur maupun pedaging sebaiknya dilakukan vaksinasi pada umur 10 hari. Vaksin ini tidak berbahaya bagi manusia apabila ternak tersebut akan dijual karena vaksin ini cepat diserap oleh tubuh ternak.
penulis: johannes e.o panjaitan, mahasiswa tingkat akhir, fakultas peternakan universitas udayana, bali | editor: soeparno