Livestockreview.com, Referensi. Model kemitraan di persusuan nasional sudah harus direvitalisasi, bahkan pola-pola itu perlu lebih digencarkan. Terlebih saat saat ini kapasitas pasokan bahan baku susu domestik yang baru 30%, sedangkan 70% masih impor. Industri pengolahan susu sangat berkepentingan dengan jaminan pasokan bahan baku. Memprioritaskan pasokan dalam negeri jauh lebih aman ketimbang menggantungkan impor yang harganya cenderung fluktuatif dan di luar kontrol kita. Jika industri bermitra dengan peternak dengan memberikan bantuan dan pendampingan, produksi susu pasti meningkat. Kualitas susu menjadi terjamin dan pendapatan peternak pun terangkat.Keterkaitan antara industri hilir dan hulu lewat pola kemitraan diyakini mendorong sinergi dan efisiensi. Yang penting, keterkaitan hulu-hilir itu tidak berada dalam penguasaan segelintir pihak yang menjurus pada kartel.
Jepang adalah salah satu contoh sukses negara yang menerapkan pola kemitraan dari hulu hingga hilir. Industri berteknologi tinggi seperti otomotif dan elektronik Negeri Sakura itu maju pesat karena didukung kemitraan dengan ribuan vendor yang umumnya perusahaan skala kecil-menengah.
Di Indonesia, konsep kemitraan sebenarnya sudah banyak dilakukan untuk berbagai sektor usaha, baik kemitraan antara usaha besar dan UMKM, BUMN dengan pengusaha kecil, maupun industri besar dan kecil.
Pelajaran dari kemitraan unggas
Di bidang peternakan unggas kita mengenal konsep inti dan plasma. Sayangnya, penerapannya masih menuai pro dan kontra. Dalam banyak kasus, kemitraan pengusaha besar dengan peternak berlangsung dalam hubungan yang tak seimbang. Pengusaha yang menguasai bibit, pakan dan teknologi cenderung menekan peternak plasma sebagai mitra -dengan dalih kualitas pemeliharaan unggas yang kurang memenuhi syarat. Hasil pemeliharaan unggas dari peternak plasma pun acap dihargai rendah. Upaya menekan peternak plasma dengan berbagai dalih pun kerap memicu konflik, sehingga kemitraan pun retak.
Itu perlu menjadi pelajaran. Kita meyakini pola kemitraan tetap merupakan konsep yang baik. Dengan catatan, kemitraan dibangun berdasarkan asas kesetaraan, kepercayaan, saling menguntungkan, dan murni bisnis. Kemitraan berbasis prinsip-prinsip seperti itu akan menghasilkan sinergi, struktur bisnis yang kuat, dan bersifat berjangka panjang.
Apabila di banyak bidang usaha peternakan kita menerapkan konsep kemitraan seperti itu, kita optimistis bahwa usaha peternakan rakyat yang banyak menopang perekonomian Indonesia, akan kokoh. Industri pengolahan hasil peternakan baik nasional maupun multinasional akan memiliki fondasi kuat karena didukung oleh peternak kecil-menengah yang tangguh, yang merupakan mitra dan pemasok produk peternakan. Dan yang lebih penting, pola kemitraan yang dijalankan secara serius bisa mendorong potensi ekonomi domestik, khususnya skala kecil-menengah.
Bila itu berlangsung secara masif, mayoritas kebutuhan industri pengolahan hasil peternakan, apakah itu daging atau susu -bisa disuplai dari produk negeri sendiri, sehingga mengurangi ketergantungan terhadap impor. Hal inilah yang kita harapkan terjadi pada industri susu nasional atau industri apa pun yang kandungan impornya masih tinggi.
penulis: rizki magenda | editor: soegiyono