Livestockreview.com. Referensi. Ada begitu banyak isu berseliweran di seputar pemanasan global. Salah satunya adalah pemanasan global disebabkan oleh industri peternakan yang turut menyumbang gas metana -yang menjadi komponen penyebab efek rumah kaca.
Hal ini ditegaskan pula oleh Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dr Sri Woro Harijono dalam sebuah seminar dalam rangka Ulang Tahun Majalah Poultry Indonesia di Jakarta pada 16 Desember lalu.
Woro menjelaskan, suhu normal kenaikan pemanasan global adalah 2 derajad celcius per 100 tahun.di Indonesia, laju kenaikan suhunya bervariasi antara 0,4-1,2 derajat celcius. Selain gas metan, penyebab utama lain pemanasan global adalah gas karbon.
Namun di sisi lain, ada juga pendapat yang mengatakan bahwa justru industri peternakan ayam telah membantu menahan global warming, karena 50% komponen pakan ayam memanfaatkan bahan pangan yang tidak termanfaatkan oleh manusia -sepertibrokens, wheat brokens, De-oiled Rice barn, Sunflower Oil cake, De- oiled soya, De-oiled groundnut cake, De-oiled rapeseed meal etc yang semuanya adalah limbah pertanian tidak terpakai. “Polusi tanah, air dan udara dapat terkurangi jika dibandingkan bahan-bahan ini dibuang dalam tanah atau dimusnahkan dengan pembakaran,” kata pakar perunggasan Wayan Wibawan menyitir pendapat beberapa khalayak mengenai masalah penyebab pemanasan global.
Ia menambahkan,sebagai perbandingan, 1 kg limbah pertanian dapat diubah menjadi 750 gram daging, atau menjadi 7-8 butir telur. “Telur dan daging ayam adalah wujud yang bermanfaat dari bahan-bahan sisa tersebut, menjadi sesuatu yang sangat bernilai tinggi,” kata Wayan.
Konsekuensi ulah manusia
Namun ia mengingatkan bahwa segala sesuatu yang dikerjakan manusia di bumi ini selalu ada konsekuensi yang harus ditanggung. Industri peternakan yang bersifat masif, tentu memerlukan tempat luas dan khusus. Genetika unggas yang dibuat seragam, merupakan kondisi yang lemah jika ditinjau dari ekosistem, dimana kekuatan sebuah genetika adalah ada pada keragaman. Demikian juga dengan pemeliharaan unggas yang dibudidayakan dengan densitas tinggi, akan membawa konsekuensi pada masalah suhu kandang dan kebutuhan oksigen yang lebih tinggi.Konsekuensi lainnya adalah penyebaran penyakit yang pastinya lebih cepat.Teknologi perkandangan terbaru, yakni closed house pun membawa konsekuensi lain, yakni boros energi -apakah itu energi listrik atau diesel/genset.Semua bentuk eksploitasi biotik dan Lingkungannya selalu berdampak pada manusia itu sendiri, dan manusia harus siap dengan hal ini,tandas Wayan. Salah satunya adalah masalah pemanasan global ini.
Dari fakta-fakta tersebut, tidak diragukan lagi, pemanasan global berpengaruh sangat nyata terhadap perilaku kehidupan tanaman-hewan (lingkungan) dan manusia. Untuk industri perunggasan, pemanasan global berpengaruh pada tingkat kerentanan stres ayam karena suhu lingkungan yang naik dan turun secara ekstrim. Perubahan iklim pula yang memicu muncul dan berkembangnya aneka macam penyakit yang disebabkan oleh baik virus, bakteri maupun jamur. Kuman-kuman tersebut menjadi mudah berbiak atau bahkan bermutasi dan menjadi ancaman baru yang belum dikenal sebelumnya.
Manusia sebagai penyumbang perubahan di segala bidang di bumi ini harus siap dengan segala risiko yang dilakukannya tersebut -termasuk perubahan iklim ini.
penulis dan editor: andang