Livestockreview.com, Berita. Pemerintah sebaiknya mengimbangi impor sapi dengan menggalakkan peternakan sapi lokal.Mendatagkan sapi dari luar negeri boleh-boleh saja, tetapi juga harus dipikirkan bagaimana memberdayakan peternak lokal karena bagaimanapun Indonesia adalah negara agraris dan memiliki plasma nutfah sapi terbanyak kedua di dunia.
Hal itu dikatakan oleh Guru Besar Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Prof Dr Wasito di Yogyakarta. Menurutnya,jika Indonesia tidak mengimbangi impor dengan pemberdayaan peternakan lokal, akan selamanya Indonesia menjadi negara importir sapi dan cita-cita swasembada daging tidak akan tercapai.
“Indonesia bisa mencontoh negara-negara maju yang terlebih dahulu berswasembada daging baru kemudian mengimpor sapi ke luar negeri.
Indonesia bisa melakukan itu sebenarnya,” katanya. Ia mengatakan yang menjadi pertanyaan sekarang adalah sejauh mana pemerintah memberdayakan peternak lokal agar mereka nantinya dapat menjadi petani mandiri. “Saya yakin jika peternakan lokal mampu berdikari, ketahanan daging nasional akan tercapai dan angka konsumsi protein hewani Indonesia akan meningkat,” katanya.
Wasito mengatakan angka konsumsi protein hewani Indonesia tergolong sangat rendah jika dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya. “Data tahun 2005 menunjukkan angka konsumsi protein hewani Indonesia 5 gram/kapita/hari, bandingkan dengan Singapura yang pada 1987 angka konsumsinya sudah ada di angka 22 gram/kapita/hari,”katanya.
Ia menambahkan, pada tahun 2011 pemerintah hanya menargetkan angka konsumsi protein hewani Indonesia mencapai separuh dari angka konsumsi Singapura. “Protein hewani sangat penting sebagai pembentuk sistem kekebalan tubuh, artinya angka konsumsi tersebut akan berimplikasi pada kesehatan, lebih jauh lagi pada etos kerja, intelegensia, dan muaranya pada indeks pembangunan manusia, “katanya.ant/ind