Livestockreview.com, News. Pandemi korona COVID-19 yang mulai menjangkiti negara Indonesia sejak Februari 2020 lalu sangat berdampak buruk bagi perekonomian negara, termasuk perekonomian peternakan ayam.
Daya beli masyarakat pun semakin bergerak turun tanpa arah yang jelas. Tak terkecuali pada kemampuan beli daging dan telur ayam. Padahal, dua komoditas tersebut menjadi kebutuhan pokok guna menunjang kecukupan gizi agar tubuh tetap fit dan mampu meregenerasi sel melalui asupan protein daging dan telur.
Berdasarkan survei pasar yang dilakukan Pinsar, harga daging ayam di pasar basah berkisar antara Rp. 30.000 – Rp. 35.000/kg. Sementara itu harga ayam dari kandang per tanggal 03 April 2020 berkisar antara Rp 5.500 – Rp 8.000/kg di wilayah Pulau Jawa.
Tentu ini menjadi pukulan telak bagi peternak Rakyat, dimana harga pokok produksi perkilo daging berkisar antara Rp 18.000 – Rp 19.000.
“Jika kondisi ini berlanjut sampai 2 minggu ke depan, maka bisa dipastikan seluruh peternak rakyat akan gulung tikar yang akan diikuti gelombang PHK skala besar (dihitung mencapai 12 juta karyawan),” kata Ketua Perkumpulan Peternak Agro Makmur Farm, Deki Neriawan dalam keterangan resminya, Minggu (5/4/2020).
Sebagian besar pelaku usaha perunggasan skala rakyat memandang pemerintah tidak bersikap bijak pada usaha perunggasan dan terkesan tutup mata dalam menghadapi gejolak ekonomi sektor pangan tersebut.
Hal ini diperparah dengan pemberlakuan Pembatasan Sosial Skala Besar (PSSB) sejak Maret lalu tanpa diimbangi solusi yang berpihak pada rakyat secara umum dan pelaku usaha perunggasan secara khususnya.
“Pemerintah tutup mata. Di situasi seperti ini seharusnya pemerintah hadir di antara peternak dan masyarakat (konsumen) agar peternak mampu bertahan dan masyarakat pun tercukupi kebutuhan gizinya. Caranya dengan memasukan livebird dan karkas ayam sebagai program kartu sembako untuk masyarakat terdampak COVID-19 dengan kerjasama pada peternak rakyat melalui harga acuan permendag No 7/2020,” tukas Deki.
follow our ig: www.instagram.com/livestockreview
editor: nurlaila | sumber: pr group