Livestockreview.com, Referensi. E. coli enterohemorhagik atau disingkat EHEC adalah mikroorganisme yang lazim ditemukan pada sapi tanpa menyebabkan penyakit pada ternak tersebut. Pencemaran bakteri ini pada daging, khususnya daging giling, sangat mungkin terjadi. Karena kesukaan mengonsumsi hamburger yang undercooked, di AS daging giling dipersyaratkan bebas dari E coli O157:H7.
Bagi kebanyakan akademisi dan praktisi di bidang pangan, Escherichia coli bukan merupakan bakteri yang dianggap serius dalam konteks keamanan pangan. Namun, dalam beberapa minggu ini di Jerman, Escherichia coli (E coli) diberitakan menyebabkan penyakit pada lebih dari 3.000 orang di 14 negara dan mengakibatkan tak kurang dari 33 orang meninggal dunia.
Pencemaran lahan pertanian oleh kotoran sapi diduga sebagai penyebab ditemukannya bakteri ini dalam sayuran.
Meski demikian, bakteri EHEC tidak memiliki ketahanan panas yang lebih daripada E coli lain. Bakteri ini sesungguhnya sangat mudah dibunuh dengan pemanasan setara pasteurisasi (65 derajat celsius selama 30 menit) sehingga pada makanan olahan seharusnya bakteri patogen ini dapat dihindari.
Investigasi wabah EHEC pada hamburger di AS menunjukkan, alat pemanggang tidak berfungsi dengan baik serta ukuran burger yang jumbo mengakibatkan patogen ini masih bertahan.
Kewaspadaan lebih tinggi harus dilakukan ketika seseorang mengonsumsi makanan tidak diolah, seperti tomat, selada, mentimun, dan taoge, serta bahan mentah lain. Sifat EHEC lain yang dapat mendukung keberadaan bakteri ini dalam pangan adalah kemampuannya bertahan dalam makanan beku sampai sembilan bulan dan daya tahan terhadap lingkungan asam.
EHEC di Indonesia
Keberadaan E coli enterohemoragik dalam beberapa pangan mentah di Indonesia telah dilaporkan dalam beberapa publikasi ilmiah. Kebiasaan memasak daging sampai matang, khususnya daging giling, dapat menurunkan risiko terinfeksi bakteri ini.
Kajian beberapa peneliti di Indonesia melaporkan, E coli enterohemoragik diisolasi dari 1 persen penderita diare di Indonesia. Patogen lain, seperti Vibrio cholerae, Shigella flexneri, Salmonella spp, dan Campylobacter jejuni, ditemui dalam persentase yang jauh lebih tinggi. Meski demikian, tidak ada salahnya mewaspadai konsumsi makanan mentah dengan mencuci bersih, memblansir dan menggunakan senyawa antimikroba yang diizinkan jika diperlukan.
sumber: rdh (the international commission on microbiological specification for foods) | editor: ria laksmi