Livestockreview.com, Berita. Salah satu cara meningkatkan produktivitas ternak lokal adalah dengan melakukan kawin silang ternak lokal dan ternak impor. Namun langkah itu tidak cukup. Sebelumnya harus dilakukan terlebih dahulu seleksi genetis secara benar, sehingga hasil kawin silang diperoleh bibit sapi yang unggul.
Di tingkat masyarakat, aktifitas kawin silang telah banyak dilakukan, misalnya dengan sapi Limousin atau Simmental -melalui teknik inseminasi buatan. Keturunan pertama hasil persilangan itu menunjukkan hasil yang positif, yakni bobot lahir yang bagus dan laju pertumbuhan tinggi. Namun yang tidak begitu jelas adalah tujuan persilangan ini untuk apa.
Apakah untuk menghasilkan final stock, atau membentuk bangsa baru. Penetapan tujuan ini sangat penting karena hal ini membawa konsekuensi pada langkah-langkah berikutnya.
Jikalau tujuannya menghasilkan final stock, maka perlu ditentukan sapi-sapi lokal betina mana yang boleh dikawinsilangkan dan sapi-sapi betina mana yang harus dikawinkan dengan pejantan lokal untuk menjaga populasi sapi lokal.
Kalau tujuannya membentuk bangsa baru, perlu dilakukan seleksi terhadap keturunan pertama (F1), keturunan kedua (F2) dan seterusnya, sesuai dengan tujuan produksi dan iklim tropis. Saat ini ada kecenderungan semua sapi lokal betina boleh dikawinsilangkan dengan sapi bangsa lain, tanpa ada pembatasan dan seleksi.Hal ini sangat membahayakan eksistensi sapi lokal kita.
Semen sapi Limousin dan Simmental yang digunakan untuk IB selama ini juga sepenuhnya berasal dari impor, karena di Indonesia belum ada usaha pengembangan peternakan sapi-sapi tersebut (pure breeder).
Kembangkan sapi lokal galur murni
Dalam hal mutu genetis, sapi lokal Indonesia belum terpetakan dengan baik. Beberapa pusat pembibitan ternak sampai saat ini belum berhasil mengembangkan galur murni yang diunggulkan, kecuali Sapi Bali tentunya.Sapi Bali telah menjadi simbol sapi lokal kebanggaan Indonesia -yang eksistensinya terancam oleh Malaysia yang telah melakukan gerilya menguras sapi Bali untuk dikembangkan di Malaysia. Pemerintah harus hati-hati dalam mencermati ‘gerilya ternak’ yang dilakukan Malaysia ini.
Program seleksi ternak sapi lokal Indonesia sudah mendesak untuk dilaksanakan, terlebih ternak-ternak lokal Indonesia memiliki potensi genetik yang sangat bagus, bahkan beberapa ternak lokal kita kemampuan genetikanya mengungguli performa genetika ternak impor.
Langkah-langkah penting untuk meningkatkan performa ternak lokal harus segera dilakukan saat ini, agar peningkatan mutu genetis bisa meningkatkan produktivitas ternak secara signifikan. Dan upaya swasembada daging sapi 2014 bisa betul-betul terwujud.
penulis: randi subekt1 | editor: soegiyono